Click here to go to blog index

SM Unika

 

 

Lahirnya negara bangsa

oleh : Rudyanto Soesilo*

Bulan Agustus merupakan bulan keramat bagi Negara kita, NKRI. Lahirnya Negara dan bangsa Indonesia merupakan episode dari pergerakan global yang menguak kesadaran umat manusia sejak abad XVI yaitu kesadaran akan manusia sebagai  insan yang bebas, termasuk bebas mendirikan Negara dan bangsa. Lantas, sebenarnya apakah Negara bangsa itu?

Pergolakan pemikiran umat manusia ,

Manusia sebagai Homo sapiens, makhluk yang berkesadaran, mengawali peradabannya dengan mendomestikasi hewan dan tanaman. Terciptalah masyarakat agraris yang sangat bergantung kepada alam. Diwakili para geniusnya, manusia merenungkan keberadaan dirinya, tentang “ontologi” (tentang “Ada). Muncullah pemahaman akan “sang Adi-kuasa” yang adalah sang “alam”. Peradaban manusia memasuki era Kosmos-sentris – seluruh enerjinya  dipusatkan, dengan melakukan  ritual terhadap alam sebagai tanda kepatuhan manusia kepada Kosmos sebagai sang Adi-kuasa. Lahirlah Animisme (anima=roh), fenomena alam hujan,badai, petir, topan, gunung, pohon besar, batu besar menjadi wakil alam, untuk dipuja secara Anthropomorfis (pribadiNya merupakan superlatif sifat2 manusia), agar  “sang Alam” berbaik hati menyediakan keteraturan musim.

Manusia senantiasa menggugat penemuannya (de Omnibus dubitandum), termasuk Konsep Ontologis tentang sang Adi-kuasa. Berikutnya lahirlah pemikiran tentang Sang Adi-kuasa yang bukan lagi sang Alam , melainkan “Sang Teos”. Dikerimbunan hutan hujan tropis 3000 – 4000 tahun yang lalu, nuansa alam dengan berjuta spesies, lahirlah Politeisme, “sang Adi-kuasa” tidak tunggal melainkan jamak, berwujud sang Dewa-dewi. Dibelahan lain bumi ini di hamparan pasir Timur-tengah dengan satu matahari, lahirlah Monoteisme, “sang Adi-kuasa” bersifat tunggal. Peradaban manusia memasuki era Teos-sentrisme.  

Pengelolaan hidup  bersama (Etika sosial-politik) pada era Kosmos-sentris - Animistis adalah Tribalisme dengan seorang Kepala-suku didampingi Pemuka untuk memimpin pemujaan.  Pada saat Teos-sentrisme, lahirlah Teokratisme. Pemimpin adalah wakil sang Adi-kuasa, yaitu para Pemuka-pemujaan . Berikutnya, atas restu dari para pemuka-pemujaan, lahirlah Feodalisme Monarkis, dipimpin seorang Raja dengan doktrin “The King can do no wrong” karena mandatnya dari langit .  Bentuk pemerintahan kerajaan kemudian menjadi bentuk yang lazim diberbagai belahan bumi dengan berbagai varian seperti Kekaisaran, Kesultanan dll.

Menuju era Modern

Di Eropa barat, setelah Teokratisme dan Monarki berkuasa selama  +_ 1000 tahun (abad V –XV), yang disebut abad Pertengahan atau juga “Abad Kegelapan” . Di era ini Pergolakan pemikiran mutakhir yang bersifat Anthropos-sentris saintifis dipadamkan dengan kekerasan. Nasib ilmuwan Galileo-Galilei tak akan terlupakan bagi sejarah ilmu pengetahuan.  Ketika Rene Descartes menobatkan manusia sebagai “res Cogitans” (aku yang berfikir) dan alam sebagai “res Extensa” (perluasan, sisanya) semboyannya adalah “Cogito ergo sum” (Aku berfikir, karena itu aku ada), maka umat manusia terjebak kedalam kesendiriannya (condemned to be free) sehingga tak lagi dapat meminta tolong kepada sang Adikuasa, melainkan harus jungkir-balik menolong dirinya sendiri, lahirlah ilmu dan teknologi. Ontologi Athropos-sentris ini melahirkan epistemologi (cara mencari kebenaran) Positivis (Auguste Comte) yang hanya dalam kurun waktu 400 tahunan (abad XVI-XX) dari jutaan tahun peradaban manusia, telah membuat manusia mampu menguasai bola bumi ini, mendarat dibulan, menciptakan teknologi informasi, menghancurkan habitatnya sendiri (nuklir) , bahkan dalam proses meng-cloning dirinya sendiri.

Anthropos-sentris Positivis ini kemudian menggugurkan konsep2 yang disebut takhayul (superstition) dan berkonsentrasi pada hidup yang sekarang (modernus) , maka lahirlah Modernisme. Modernisme yang intinya - menuju individu2 manusia yang hebat, memerlukan kondisi yang bebas (liberty) terutama kebebasan berfikir. Lahirlah revolusi konsep ontologi manusia yang mandiri - menentukan nasibnya sendiri. Lahirlah  Humanisme. Manusia yang bebas ala Existensialisme Sartre ini, mengelola kebersamaan hidupnya dengan membuat aturan2 agar tidak terjadi kekerasan2 diantara sesamanya(Homo homini lupus), membentuk sebuah masyarakat yang diidamkan (imagined community) , menuju kesejahteraan yang menjadi cita2 bersama. Maka dibentuklah Negara Bangsa (Nation state), yang menjadi kumpulan pribadi-pribadi dengan berbagai latar belakang suku, ras, agama , golongan dll yang menyatu bersama didalam wadah yang menjadi melting-pot - tempat semuanya mencair dan kemudian mengempal. Faham Negara-bangsa ini disebut Nasionalisme. Sistem nya disebut Demokrasi  yang berasaskan egalitarianisme (kesetaraan diantara sesamanya) dan mencari pemimpin yang akan mampu meraih cita2 bersama tadi lewat pemilihan umum.

17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan Negara-bangsa modern seperti tercermin pada Naskah Proklamasi : “ Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia …”. Kata “kami”  merupakan representasi dari warga, pribadi2 yang mempunyai tujuan kesejahteraan bersama seperti termaktub pada pembukaan UUD 45. Kemerdekaan yang merupakan awal meng-“ada”-nya sebuah Negara-bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia (N.K.R.I) ditegakkan dengan perjalanan panjang, berdarah-darah dan dengan seluruh pengorbanan demi tanah air tumpah darah kita bersama. Karenanya kita semua, tak terkecuali, harus menjaganya, karena kekuatan Indonesia adalah pada melting-pot, terbentuknya wadah kebersamaan dari semua unsur-unsurnya, ke Bhinneka annya sebagai Negara-bangsa, dalam upaya mencapai cita-cita kesejahteraan bersama. MERDEKA !!!!

Dr. Rudyanto Soesilo,Dosen Filsafat& Etika Fakultas Pascasarjana Unika Soegijapranata

 selengkapnya Klik disin

Warta Unika klik disini

Keywords: Negara Bangsa, Nasionalisme, Ontologi

Share :
     
A. RUDYANTO SOESILO

About me :

Foto Pidato Lustrum I UnikaPidato Dies Natalis XXIX, 5 Agustus 2011Presenting Unity in Diversity ConservationCertificate of the Best paper AwardPembicara utama Seminar Arsitektur PopulisWebinar pembukan Program Doktor Arsitektur Digital

 

  Facebook account

Untuk para pengagum kehidupan, pemikiran, seni, musik dan arsitektur yang berkarya, belajar, mengagumi, mencintai dan ingin menyemaikan nya.

 :

Dr.Ir.A.Rudyanto Soesilo MSA

Lecturer - Architect - Composer 

 :

 :

NB: bila anda membuka blog ini, beri koment n alamat email anda agar dapat berdiskusi, Nuwun